Sahabat.. Di bulan
April yang lalu ini tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya hari Kartini, kalau
ingat kartini jadi ingat emansipasi wanita..
By the Way emansipasi wanita itu apa sih ?
Let’s check it out . .
Dalam KBBI disebutkan emansipasi merupakan persamaan hak
dalam hukum.
So.. kata orang-orang sih emansipasi wanita itu menuntut
persamaan hak wanita dan laki-laki.
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki danperempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar."
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan riwayat dari
Ibnu Abbas ra bahwa ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan para wanita:
“Mengapa dalam Al-Qur’an disebutkan para laki-laki sementara para wanita
tidak?” Maka turunlah ayat ini.
Jauh Sebelum R.A. Kartini
mempoklamirkan emansipasi wanita, Islam telah lebih dahulu mengangkat
derajad wanita dari masa pencampakan wanita di era jahiliah ke masa kemulian
wanita. Dari ayat di atas kita bisa melihat betapa Islam tidak membedakan
antara wanita dan laki-laki. Semua sama di hadapan Allah.swt, dan yang
membedakan mereka di hadapan Allah adalah mereka yang paling bertaqwa, taqwa
dalam artian menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangAnNya.
Sering kita dengar pemahaman
emansipasi wanita yang selalu digembar-gemborkan orang-orang barat yang
mengatasnamakan hak asasi manusia, bahwa emansipasi wanita adalah menyamakan
hak dengan kaum pria, padahal tidak semua hak wanita harus disamakan dengan
pria, karena Allah.Swt telah menciptakan masing-masing jenis kelamin dengan
latar belakang biologis kodrati yang tidak sama.
Apakah kala
Persamaan hak untuk dilindungi oleh hukum, mendaptkan gaji
yang setara dengan laki laki jika berada di kedudukan atau kemampuan yang sama,
dan lain sebagainya adalah segelintir contoh dibolehkannya persamaan hak dengan
kaum pria.
Perjuangan R.A. kartini dan R.Dewi Sartika dalam medobrak
keterbelengguan peribumi oleh penjajah merupakan pergerakan yang spektakuler
bagi wanita Indonesia saat itu. Sebuah perang dengan cara moderat tanpa adu
kekuatan fisik, akan tapi adu otak, adu harga diri. Tak berselang lama
kebangkitan harga diri pribumi mulai naik hingga kita sebut sebagai jaman
Kebangkitan Nasional, tidak hanya bangkit meruncingkan bambu, tapi juga
meruncingkan pikiran, mengasah otak melalui kata-kata, baik di forum diskusi
maupun di media cetak.
Di hari Kartini ini, mari kita meneropong kebelakang
melihat kembali wanita-wanita yang berjaya pada awal-awal
berdirinya Islam antara lain:
Ada seorang wanita mulia,
pengusaha sukses dizamannya. Kecemerlangan pikiran dan kemampuan intelektualnya
membawa bisnisnya berkembang sampai ke Yaman dan Syiria. Dialah orang yang
pertama beriman, Khadijah binti Khuwailid ra.
Dia adalah sosok wanita
kuat, pendukung dakwah Islam, pengobat hati dan luka Rasulullah Muhammad SAW,
kedermawanannya pada fakir miskin menjadi sejarah. Dialah Fathimah
binti Rasulullah SAW. Dizamannya lazim seorang ibu dibantu oleh
khadimah (pembantu). Namun ia menangani urusan rumah dan anak-anaknya tanpa
khadimah, melainkan dibantu kekuatan hati dengan dzikir yang diajarkan ayah
tercintanya.
Wanita ini wanita cerdas
luar biasa. Dia laksana lautan dalam ilmu dan taqwa. Dialah rujukan para
shahabat yang bertanya tentang ilmu, setelah wafatnya Rasulullah. Dialah Aisyah
ra, guru dari generasi terbaik sepanjang masa, yang muridnya
tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Beliau adalah seorang
delegasi Islam ke luar negeri, bersama suaminya ia turut menjelajah dunia.
Kemampuannya berdiplomasi bahkan pada pemimpin negara. Dialah Ummu
Salamah yang pada
akhirnya juga menjadi istri Rasulullah SAW.
Merekalah yang telah
memberikan suri tauladan yang sangat mulia untuk keberlangsungan emansipasi
wanita, bukan saja hak yang mereka minta akan tetapi kewajiban sebagai
seorang wanita, istri,anak atau sahabat mereka ukir dengan begitu
mulianya. Seperti telah disinggung di atas, dalam pandangan Islam wanita
yang baik adalah wanita yang seoptimal mungkin menurut konsep al-qur’an dan
assunnah. Ialah wanita yang mampu menyelaraskan fungsi, hak dan kewajibannya:
seorang hamba Allah ( At-Taubah 71 ), seorang istri ( An-Nisa 34), seorang ibu
( Al-Baqoroh 233 ), warga masyarakat (Al-furqan 33), da’iyah ( Ali Imran104
-110).
Islam juga telah mengabadikan nama wanita yang dalam bahasa
Arab An-nisa (wanita) ke dalam salah satu ayat dalam Al-quran, dan islam juga
tidak melarang wanita untuk berperang atau berjihad di jalan Allah.Swt melawan
orang-orang kafir, dalam hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat wanita
terkemuka Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz raberkata : “Kami pernah bersama
nabi SAW dalam peperangan, kami bertugas memberi minum para prajurit, melayani
mereka, mengobati yang terluka, dan mengantarkan yang terluka kembali ke
Madinah.”
Ummu Haram ra, yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra ,
dimana ia berkata: “Nabi SAW bersabda : “Sejumlah orang dari ummatku
menawarkan dirinya sebagai pasukan mujahid fi sabiliLLAH. Mereka mengarungi
permukaan lautan bagaikan raja-raja di atas singgasananya.” Lalu tiba-tiba Ummu
Haram ra berkata:“Ya RasuluLLAH, doakan saya termasuk diantara mereka itu.”
Lalu Nabi SAW mendoakannya.
Sesungguhnya Maha Benar Allah yang dengan tegas bersabda
dalam Al- Qur’an bahwa musuh-musuh Islam akan selalu berupaya dengan berbagai
cara agar kita mengikuti millah (sistem hidup) mereka, hingga mereka ridha (QS
Al-Baqarah: 120), dan mereka akan selalu memerangi Islam dan segala yang berbau
Islam, kalau dapat memurtadkan kita dari Islam (Al-Baqoroh 217 dan Alburuuj 8).
Sungguh Maha Benar Allah.
Sesungguhnya fenomena muslimah hari ini (kebanyakan telah
menyimpang jauh dari Allah dan RasuINya), dan kehilangan jati dirinya sebagai
muslimah adalah hasil dari rekayasa mereka yang menghendaki ajaran Islam itu
kabur, sulit difahami dan terkesan kolot (terbelakang) serta menghambat
kemajuan.
Para wanita yang dalam Islam sangat dihormati dan dimuliakan
digugat. Aturan-aturan Islam yang tinggi dan sempurna dituding sebagai biang
keladi ‘terbelakangnya’ para wanita Islam. Musuh-musuh Allah yang lantang
meneriakkan isu hak asasi, kebebasan, modernisasi, dan persamaan inipun
menyerang masalah poligami,hak menthalaq, hak warisan, masalah hijab, dan
sebagainya sebagai hal-hal yang melemahkan Islam. Islam dikatakan telah
merendahkan harkat dan martabat wanita, sedang Barat lah yang mengangkat dan
memuliakannya.
Mari kita bandingkan dunia Islam dan dunia Barat, pada satu
sisi mereka maju di bidang duniawi yang pernah dimiliki kejayaan islam, tapi
kita lihat hubungan – hubungan sosial mereka ( hubungan antara masyarakat,
suami dan istri orang tua dan anak dan lain sebaginya ) Islam lebih gemilang
dengan hal-hal itu.
Pada akhirnya kita sebagai wanita mulimah untuk selalu
menyiapkan dan meningkatkan kualitas keislaman kita, agar kita tidak
terpengaruh dengan slogan- slogan barat yang akan menghancurkan pilar-pilar
Islam dan menyilaukan mata kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar